Selasa, 21 Juni 2011

Aku Bukan Milikmu tapi Aku lah yang kan Temani Sisa Hidupmu

Apa sih yang sesungguhnya Anda cari dari pasangan Anda? Yang saya maksud dengan "pasangan" di sini adalah sahabat, pacar, atau yang fotonya terpasang disamping foto Anda di buku kawin Anda (istri/suami Anda). Mengapa Anda jadikan mereka sahabat, atau istri/suami Anda? Mereka bukan Anda dapatkan dengan mencabut sebuah lotre kan? (saya berharap dengan sangat jawaban Anda untuk pertanyaan terakhir saya adalah "TIDAK". . .sS'>,<'Ss.)

Seorang sahabat saya pernah mengeluhkan bahwa teman-temannya (yang lain, kecuali saya) sepertinya mulai menjauh, hubungan diantara mereka sudah tak seerat dulu. Kata-kata saya pada sahabat saya itu hanya mengutip kata-kata yang pernah Ibu saya katakan pada saya, "Kita itu mencari orang-orang yang klop dengan kita, tanpa sadar kita membuat kelompok yang semakin lama semakin sedikit anggotanya".

Menemui banyak orang, menemui banyak kategori orang, tabiat, sikap, kingkah laku, cara berbicara, hingga cara makan. Tidak semua kategori itu bisa sejalan dengan kita, ada hal-hal mendasar yang sesungguhnya begitu sederhana, namun karena alasan kultur, kebiasaan, dan selera, itu menjadi tidak bisa diterima, sulit untuk diterima, butuh proses dengan kapasitas waktu tertentu untuk dapat dimaklumkan. Yang kita lakukan setelahnya hanya menjalaninya, kita tidak bisa memaksakan diri kita agak semua orang bisa mengerti atau memaksa diri kita agar sesuai dengan yang mereka inginkan, begitu juga mereka. Ini lah alasan mengapa "saling menghargai" diajarkan pada pelajaran Kewarganegaraan saat seorang anak fasih membaca (kelas 4 SD).

Menurutku, tidak ada sahabat yang bisa tertawa saat aku menangis. Tidak ada pacar yang tidak kesal (atau marah) jika aku berselingkuh. Dan aku bukan milik suamiku tapi aku lah yang kan temani sisa hidup suamiku.



(Terinspirasi dari ceramah Mama Dedeh pagi tadi di Indosiar. . .sS'^_^'Ss.)